04. FAMILY
sang mentari menenggelamkan diri, memberi ruang bagi sang bulan untuk menampakkan diri. para bintang setia menghiasi langit bersama sang bulan. hawa dingin menyelimuti mansion berwarna abu itu, suasana hening mendukung sang angin melancarkan aksinya. terdengar suara dentingan alat makan yang saling bertabrakan membuat suasana terasa sunyi, hingga sebuah suara membuyarkan keheningan itu.
"rangga," panggil willy tanpa ragu mengundang tatapan tajam dari pria-pria dewasa di meja makan itu. meski takut willy merasa umurnya dengan rangga tak jauh berbeda dan ia berpikir bahwa rangga akan menyukai panggilannya.
sebuah siku menyenggol tubuh willy, didapatkannya tatapan tajam dari sang kakak, charlez. tatapannya seolah berkata "apa yang kau lakukan?!!" tetapi willy tak mengindahkan tatapan tajam itu, ia hanya menatap cemas pada jawaban yang akan dilontarkan tuannya.
"ada apa?" tanya rangga dingin.
"eumm... bisakah aku ikut dalam proyek yang sedang kau kerjakan?" jawab willy ragu-ragu dengan suara yang lirih.
rangga pun menjawab pertanyaan willy tanpa menghentikan aktivitas makannya, "beri aku alasan agar aku bisa menerimamu."
"karena proyek ini berkaitan dengan tugas akhirku, aku berjanji tak akan mengacaukannya." keringat dingin menyelimuti tubuh willy, jantungnya berpacu cepat menunggu jawaban dari pria yang bermanik hitam itu.
satu detik
dua detik
tiga detik
tak ada jawaban, membuat tubuh seseorang bernama willy itu gugup tak menentu, pandangannya ke bawah, tangannya mengepal kuat, jantungnya semakin berdegup kencang kala menyadari bahwa rangga menghentikan aktivitas makannya.
rangga melihat kejujuran dari sikap willy, ia pun berdiri sambil menatap wajah willy tajam, ia pun berkata, "jangan sampai kau mengecewakanku." tanpa menunggu balasan rangga meninggalkan meja makan dan pergi menuju ke kamarnya.
willy yang mendengar jawaban itu menampakan raut muka tak percaya, mulutnya terbuka lebar, dipalingkannya wajah ke arah kakaknya dan bertanya, "kau dengar kak, apakah artinya aku diizinkan???"
"dasar bocah," jawab charlez tersenyum melihat tingkah adiknya itu.
"kau dengar itu paman stev?? kau harus membuatkanku makanan lezat agar kepintaranku bertambah," ucap willy dengan sombong.
"hei bocah! siapa yang kau panggil paman ha?!!" jawab steven jengkel.
"tentu saja kau paman steven, kau yang paling tua di sini selain kakek brave," ucap willy semakin semangat untuk membully steven.
steven yang mendengar hal itu pun semakin dibuat jengkel, hingga ia tak bisa menahan emosinya lagi, "sini kau dasar bocah sialan." steven mengejar willy yang berlari ketika mendengar teriakannya.
brian yang melihat semua itu tak tersadar tersenyum tipis melihat kebersamaan mereka yang kian hari semakin membentuk ikatan kekeluargaan, ia ingat saat pertama kali kakek brave membawa mereka ke mansion ini. awalnya hanya dirinya, rangga, dan kakek brave. kakek brave yang melihat rangga kecil selalu kesepian membawa tiga anak yatim piatu ke mansion ini. tujuannya untuk melepaskan rasa kesepian pada diri rangga, kakek brave sengaja memilih mereka karena memiliki usia yang lebih tua dari rangga. ia melihat bahwa rangga membutuhkan seorang kakak untuk menjaganya. lagi pula masing-masing dari mereka memiliki keahlian yang dapat membantu rangga di masa depan.
"kami selalu bersamamu, rangga."
bagus sekali, i'll wait for the next chapter!
BalasHapusDi bagian ini saya hanya ingin memberi sedikit masukan. Sebelum dipost sebaiknya plot dicek ulang, siapa tahu ada yang typo dan beberapa kalimat masih salah. Dialog tag tolong diperbaiki lagi ya, dan semangat melanjutkan plotmu!! Jujur aja, saya suka ceritanya dan semoga Rangga bisa bahagia nantinya🐧❤
BalasHapusTerima kasih sender atas krisarnya!! saya akan berusaha lebih baik lagi!!
HapusFinally, ikut berbahagia mendengar Rangga memiliki beberapa teman sekarang. Saya menyukai kisah perjalanan hidup Rangga ini. Semangat menulis untuk kreator dari karakter Rangga Rahardian Raven. Ditunggu kelanjutannya ya!
BalasHapus